Wednesday, December 18, 2013

Tujuh Hal yang Tidak Boleh Disembunyikan dalam Hubungan

Pada kasus tertentu, terkadang ada hal yang bisa dimaklumi jika disembunyikan dari suami. Tapi jika Anda merahasiakan salah satu dari hal di bawah ini dari pasangan Anda, sebaiknya mulai jujur dari sekarang daripada "meledak" di kemudian hari.

Anda memilki kartu kredit dan suami tak pernah tahu jumlah tagihannya.
“Menghabiskan uang secara diam-diam dan mencoba untuk menyembunyikan semua belanjaan Anda adalah salah satu indikator yang menunjukkan ketidakpercayaan dalam hubungan Anda,” kata Ian Kerner, seorang pakar hubungan dan penulis Passionista.

Cobalah untuk mencari tahu mengapa Anda tidak mengungkapkan apa yang Anda beli: Apakah Anda merasa barang yang Anda beli tak akan disukai suami? Apakah suami cenderung mengontrol sebagian besar uang atau hubungan Anda secara keseluruhan? Atau apakah Anda memiliki masalah dengan belanja berlebihan?

Maka, ungkapkan. Jelaskan bahwa Anda tahu telah menghabiskan terlalu banyak uang, tapi ada alasan kenapa Anda tidak menceritakannya, misalnya, Anda tidak merasa tidak enak untuk membebani suami. 

Gunakan kesalahan ini sebagai kesempatan untuk saling terbuka, bukan hanya soal uang, tapi juga soal bagaimana berkomunikasi secara efektif dan tanpa mengesampingkan keinginan serta kebutuhan Anda. Kerner menyarankan untuk merancang anggaran, di mana Anda berdua bisa mengalokasikan dana untuk pengeluaran pribadi, supaya keuangan lebih seimbang. 

Kemudian buatlah kesepakatan bahwa setiap kali Anda akan membeli suatu barang yang harganya lebih mahal dari yang sudah ditetapkan bersama, misalnya Rp1 juta, Anda dan suami akan membicarakannya satu sama lain sebelum ada kartu kredit yang digesek.

Anda sudah lama tidak puas secara seksual.
Menceritakan kepada suami bahwa sejak dulu Anda sebenarnya hanya berpura-pura menikmati, tentu akan menghancurkan perasaannya. Karena para suami biasanya berpikir mereka jago memuaskan istri, jangan hancurkan kepercayaan dirinya begitu saja. Buka obrolan dengan mengajaknya mencoba fantasi baru yang ingin Anda coba. “Pikirkan apa hal yang menggairahkan Anda dan beri tahu suami,” kata Kerner. 

Bisa dicoba untuk menggunakan lingerie seksi, mencoba posisi baru, atau berlibur ke tempat romantis berdua saja tanpa anak-anak. Wajar bila gairah menurun dan hubungan mulai terasa hambar – tapi bukan berarti itu bersifat permanen.

Anda menceritakan kepada anak-anak Anda tentang sesuatu yang seharusnya Anda beritahukan kepada suami Anda saja.
Anda dan suami sedang berselisih. Alih-alih membiarkannya berlalu begitu saja, Anda mengeluh tentang dia di belakangnya – kepada anak Anda. Dan ini mungkin bukan yang pertama kalinya Anda "menampar" suami Anda di depan anak-anak. 

“Membentuk aliansi dengan anak-anak tidak hanya menciptakan ganjalan dalam pernikahan, tetapi juga bisa membuat anak-anak merasa cemas dan membebani mereka dengan masalah-masalah yang tidak perlu mereka ketahui dan tidak bisa mereka tangani,” kata Kerner. 

Cara terbaik untuk mengatasi situasi ini adalah membuka percakapan tiga arah. Beritahu suami apa yang Anda inginkan dan bahwa Anda mengakui itu sebuah masalah. Kemudian lakukan percakapan dengan anak-anak Anda, biarkan mereka tahu bahwa berbicara buruk tentang ayah mereka adalah sebuah kesalahan dan itu tidak akan terjadi lagi. Baik itu hanya diri anda sendiri atau dibantu terapis, cobalah untuk mencari tahu akar dari emosi negatif Anda, dan katakanlah kepada suami Anda – bukan orang lain di luar pernikahan Anda – ketika Anda marah kepadanya.

Sesuatu yang dia katakan ketika bertengkar terakhir kali sangat menyakiti perasaan Anda – dan Anda tidak mengatakan apa-apa. Sekarang Anda merasa seperti menyembunyikan kebencian.  
Perdebatannya mungkin sepele, hanya berawal dari masalah tugas cuci piring. Tapi pernyataan yang dia lontarkan saat itu masih terasa sakit untuk Anda dan setiap kali Anda memikirkannya, kemarahan itu mencuat. Seiring waktu, memendam emosi akan melahirkan kebencian, yang bisa menyebabkan Anda terus menerus marah kepada pasangan Anda.  Pada akhirnya, jika Anda tidak mengungkapkannya, Anda hanya akan menyerang satu sama lain dan mengatakan hal-hal yang menyakitkan. 

“Tidak apa-apa beradu pendapat sebagai bentuk komunikasi, tapi harus bersifat konstruktif,” kata Kerner. “Sebagai pasangan, Anda perlu belajar tentang bagaimana mengeluhkan masalah untuk bisa diselesaikan, bukan mengkritik satu sama lain.” Mulailah dengan mengakui kenapa Anda masih marah dan kemudian jelaskan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Setelah itu buatlah aturan tentang bagaimana berpendapat secara lebih produktif, seperti aturan untuk tidak memanggil dengan kata-kata kasar. 

Anda pernah "berbuat dosa" di masa lalu, dan suami tidak pernah Anda beri tahu.
Semasa ABG Anda mungkin pernah berfoto dengan pose seronok, atau mungkin pernah ditangkap polisi karena mengutil? Memang memalukan, tapi lebih baik Anda ceritakan kepada suami sebelum dia menemukannya sendiri di internet. 

“Ketika Anda tidak menceritakan pengalaman masa lalu Anda dan kemudian diketahui olehnya, Anda kehilangan kesempatan untuk mendapat dukungan dari pasangan Anda,” kata Sue Johnson, Ph.D., seorang prikolog klinis dan penulis buku “Love Sense: The Revolutionary New Science of Romantic Relationships. Katakan saja seperti  ini, "Belakangan ini aku tiba-tiba kepikiran sesuatu yang terjadi zaman dulu sekali, dan ini membuat aku stres. Tolong dengarkan ceritaku ya.”

Anda melakukan diet yang sangat ekstrem, dan Anda tahu itu tidak sehat, tapi toh berat Anda sudah turun 5 kg.
Kami yakin, Anda bisa menentukan sendiri seperti apa diet yang ekstrem. Mungkin itulah alasannya Anda tak bilang pada suami bahwa Anda menjalani diet ini?  Karena masalah pola makanan berpotensi memengaruhi mereka yang berada di sekeliling Anda juga, Anda harus bercerita pada mereka.

“Meskipun adalah tanggung jawab Anda untuk berubah dan memperbaikinya sendiri, pasangan Anda mungkin bisa sakit hati dan marah jika Ada tidak berbagi atau menceritakan itu kepadanya,” tambah Johnson. Dia menyarankan, ajaklah pasangan Anda berdiskusi misalnya dengan berkata, “Aku ingin kurus lagi, tapi dietku sudah mulai berlebihan dan aku khawatir aku sudah tidak bisa mengontrolnya. Maukah kamu membantuku?” 

Anda mulai merasa depresi... 
“Depresi mengganggu kemampuan Anda untuk berhubungan dengan orang lain dan memahami mereka,” kata Johnson. “Ini akan memengaruhi kemampuan Anda untuk menjadi orangtua atau pasangan yang benar-benar dicintai. Tapi pada beberapa pasangan, kami menemukan terapi yang merupakan langkah penting untuk keluar dari depresi yaitu berkomunikasi dengan pasangan Anda.” 

Jadi ceritakan kepada suami bahwa Anda sedang mengalami hal buruk dan Anda tidak tahu harus berbuat apa tentang hal itu. Utarakan semua ketakutan Anda, jangan diam saja dan menyembunyikannya karena gengsi. “Dalam hubungan yang sehat, kita tidak perlu jadi orang yang sempurna, kita hanya harus selalu ada,” kata Johnson. Dan ini akan sulit dilakukan jika Anda terlalu sibuk menyembunyikan perasaan. (dh/ml)

Sumber: Yahoo SHE

No comments: